Memahami Sejarah dan Evolusi Musik Sasando
Sasando, alat musik petik khas dari Nusa Tenggara Timur, membawa cerita panjang dan melodi indah yang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia. Asal-usul Sasando berasal dari kata Rote "sasandu" yang berarti getaran atau alat yang bergetar. Alat musik ini digunakan oleh masyarakat Rote sejak abad ke-7, dan awalnya dibuat dari bambu dengan senar yang terbuat dari pelepah lontar. Melalui abad, Sasando berevolusi menjadi instrumen yang kompleks dengan senar yang terbuat dari kawat dan kerangka dari kayu atau bambu.
Menurut Pak Petrus Bura, seorang pemain Sasando berpengalaman dan penjaga budaya Rote, "Seiring waktu, Sasando telah mengalami banyak perubahan dan penyesuaian untuk menghasilkan suara yang lebih kaya dan variatif."
Mengenal Lebih Jauh Instrumen dan Teknik Bermain Sasando
Sasando, yang terdiri dari 28 sampai 56 senar, merupakan simbol kreativitas dan inovasi dari masyarakat Rote. Senar tersebut ditempatkan di sekeliling tabung bambu dan ditutupi oleh kipas yang terbuat dari daun lontar yang berfungsi sebagai resonator.
Sebagai instrumen yang unik, teknik bermain Sasando memerlukan keterampilan dan keahlian khusus. Jari pemain bergerak cepat dan lincah di sepanjang senar, memetik dan meremas untuk menciptakan melodi yang merdu. Bagi pemula, bermain Sasando bisa menjadi tantangan berarti, tetapi dengan latihan yang cukup, siapa pun bisa menguasainya.
"Bermain Sasando seperti bercerita," kata Bapak Daud Lalong, pemain Sasando profesional. "Setiap not, setiap getaran, dan setiap senar mewakili sebuah cerita. Itulah sebabnya penting untuk merasakan dan memahami musik sebelum memainkannya."
Melalui memahami sejarah dan teknik bermain Sasando, kita dapat lebih menghargai keunikan dan kedalaman budaya Indonesia yang tercermin dalam musiknya. Dengan demikian, Sasando bukan hanya sekedar instrumen, tapi juga warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.